Sabtu, 17 Maret 2012

Sejarah Kerajaan Bali


1. BUKTI SEJARAH
 Berasal dari kitab sejarah dinasti Tang.
 Di sebelah timur Ho – ling terletak P’oli dan bahwa negeri Da – pa – tau terletak di sebelah selatan Kamboja.
 Penduduknya menulis di atas daun Patra (rontal)
 Di dalam berita Cina dikatakan bahwa mayat orang Da – pa – tau diberi bekal berupa perhiasan (emas) dan dibakar.
 Prasasti Bali yang tertua berangka tahun 804 S (882 M) isinya : pemberian izin kepada para biksu dan pendeta agama Buddha untuk membuat pertapaan di bukit Cintamani.
 Prasasti berangka tahun 818 S (896 M) dan 883 S (911 M) isinya : mengenai tempat suci dan tidak menyebutkan nama Raja.
 Prasasti yang ditemukan di desa Blanjong, dekat Sanur *Permukaan prasasti ditulis sebagian dengan huruf Nagari (huruf India) dan sebagian dengan huruf Bali kuno, sedangkan bahasanya menggunakan bahasa sansekerta. Angka berupa Candra Sangkala dan berbunyi “Khecarawahni – Murti artinya tahun 836 S (914 M).
2. BERDIRINYA KERAJAAN BALI
 Pusat Kerajaan Bali pertama di Singhamandawa.
 Raja pertama Sri Ugranesa.
 Beberapa prasasti yang ditemukan tidak begitu jelas menggambarkan bagaimana pergantian diantara 1 keluarga raja dengan keluarga raja yang lain.
 Prasasti yang ditemukan di Jawa Timur hanya menerangkan bahwa Bali pernah dikuasai Singasari pada abad ke – 10 & Majapahit abad ke – 14.
3. STRUKTUR KERAJAAN
Dalam struktur kerajaan lama, Raja – raja Bali dibantu oleh badan penasehat yang disebut “Pakirakiran I Jro Makabehan” yang terdiri dari beberapa Senapati dan Pendeta Syiwa yang bergelar “Dang Acaryya” dan Pendeta Buddha yang bergelar “Dhang Upadhyaya”. Raja didampingi oleh badan kerajaan yang disebut “Pasamuan Agung” yang tugasnya memberikan nasihat dan pertimbangan kepada raja mengenai jalannya pemerintahan. Raja juga dibantu oleh Patih, Prebekel, dan Punggawa – punggawa.
4. SISTEM KEPERCAYAAN
Menyembah banyak dewa yang bukan hanya berasal dari dewa Hindu & Buddha tetapi juga dari kepercayaan animisme mereka.
5. MATA PENCAHARIAN
 Bercocok tanam
 Peternakan & berburu
 Pedagangan
6. MASALAH HUKUM
Sikap tebuka dalam mengeluarkan pendapat.
Sejarah Singkat Runtuhnya Kerajaan Bali
Dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang dikenal dengan nama Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo Iwa. Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343.
Sejarah Singkat (lain) Runtuhnya Kerajaan Bali
  1. 7. Kerajaan Bali
    1. a. Penyebab Kejayaan
1) Naik tahtanya Dharmodayana. Pada masa pemerintahnnya, system pemerintahan Kerajaan Bali semakin jelas.
2) Perkawinan antara Dharma Udayana dengan Mahendradata yang merupakan putri dari raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur, sehingga kedudukan Kerajaan Bali semakin kuat.
  1. b. Penyebab Kemunduran
1) Patih Kebo Iwa yang berhasil dibujuk untuk pergi ke Majapahit, sesampainya di Majapahit Kebo Iwa dibunuh.
2) Patih Gajah Mada yang berpura-pura menyerah dan minta diadakan perundingan di Bali, lalu ia menangkap raja Bali yaitu Gajah Waktra sehingga kerajaan Bali berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Sumber : http://tutorjunior.blogspot.com/2009/10/penyebab-kejayaan-dan-kemunduran.html

bali yang dikenal sebagai “Pulau Dewata” pada zaman duhulu kala sebelum kedatangan majapahit terdapat sebuah kerajaan yang muncul pertama kali di bali yaitu sekitar 914 M yang diketahui dari sebuah prasasti yang ditemukan di desa blanjong dekat Sanur yang memiliki pantai matahari terbit. Prasasti itu berangka tahun 836 saka yang menyebutkan nama rajanya “Khesari Warmadewa” memiliki istana yang ada di Singhadwala.
Khesari Warmadewa adalah Ugrasena pada tahun 915 M - 942 M. Setelah meninggal, Abu dari jenasah dari raja Ugrasena dicandikan di Air Madatu, lalu digantikan oleh mahkota Jayasingha Warmadewa (960 M - 975 M). Dikatakan bahwa raja Jayasingha membangun dua pemandian di desa Manukraya, yang letaknya sekarang di dekat istana negara Tapak Siring.
Raja Jayasingha Warmadewa digantikan oleh Raja Jayasadhu Warmadewa (975 M - 983 M), setelah itu wafat digantikan oleh seorang Ratu yang bernama Sri Maharaja Sriwijaya Mahadewi (983 M - 989 M). Kemudian digantikan oleh Dharmodayana (989 M - 1011 M) yang disebut juga Raja Udayana. Raja Udayana menikah dengan Gunapriayadharmapatni alias mahendradatta dari kerajaan Medang Kemulan jawa timur dan dari perkawinannya menghasilkan 3 orang anak yaitu : Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Kemudian Airlangga menikah dengan putri Raja Dharmawangsa (raja jawa timur).
Raja Marakata menggantikan Raja Udayana sebab Airlangga berada di jawa timur. Raja Udayana wafat dan abu jenazahnya di candikan di Banu Wka. Marakata diberi gelar Dharmawangsa Wardana Marakatta Pangkajasthana Uttunggadewa yang memerintah di bali dari 1011 - 1022. Kemudian digantikan oleh anak Wungsu (1049 - 1077) yang memerintah selama 28 tahun dan dikatakan selama pemerintahannya keadaan negara aman tenteram. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan dan meninggal tahun 1077 dan di dharmakan di Gunung Kawi dekat Tapak Siring. Setelah Anak Wungsu meninggal, keadaan kerajaan di Bali tetap mengadakan hubungan dengan raja-raja di Jawa dan ada dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang kenal dengan nama Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo Iwa. Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343. Setelah Bali ditaklukan oleh kerajaan Majapahit, sebagian penduduk Bali Kuno melarikan diri ke daerah pegunungan yang kemudian disebut penduduk “Bali Aga”. Sekarang keberadaan mereka dapat dijumpai di daerah Bali seperti di desa tenganan (Kab. Karangasem), tengangan pengringsingan (Kab. Buleleng) dan masih banyak lagi yang lainnya, mereka memiliki pakaian adat sendiri yang khas dimana bahan dan bentuknya sedikit berbeda dengan pakaian adat Bali pada umumnya.

Rabu, 14 Maret 2012

Sejarah Kerajaan Blambangan

  Blambangan adalah sebuah kerajaan yang sering luput dari perhatian para ahli sejarah. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di pulau Jawa. Akibat peperangan yang tiada henti baik dengan Mataram, Bali maupun Belanda menyebabkan tanah Blambangan kehilangan penduduk dalam jumlah yang besar, baik meninggal karena peperangan maupun sebagai tawanan perang, sedemikian rupa hingga kejayaannya di masa lampau terlupakan. Sejak awal berdirinya, berbagai persoalan telah menimpa kerajaan Blambangan. Seakan kerajaan Blambangan dilahirkan untuk mengalami peperangan dan didera kesengsaraan. Bermula dengan Majapahit. Hubungan diplomatik yang tidak harmonis mengobarkan perang Nambi pada tahun 1316, perang Sadeng tahun 1331, tujuh puluh tahun berikutnya berkobar peperangan dahsyat selama enam tahun yang dipicu perebutan kekuasaan dikenal dengan Perang Paregreg. Disusul tahun-tahun selanjutnya peperangan yang melelahkan melawan penguasa Mataram dan Bali serta peperangan dengan Kompeni Belanda. Ketika kekuasaan Majapahit melemah kemudian berganti pemerintahan Islam Demak, Pajang dan Mataram, penguasa Bali merasa berkepentingan terhadap Blambangan untuk membendung pengaruh Islam. Maka mulailah babak baru hubungan yang pelik antara Blambangan Mataram dan Bali. Blambangan membutuhkan Bali untuk menghadapai invasi Mataram yang kuat, tapi Blambangan juga ingin mdlepaskan pengaruh Bali. Tidak hanya peperangan dengan penguasa luar, peperangan yang terjadi di istana (nagari) akibat perebutan kekuasaan juga sangat mewarnai sejarah Blambangan. Sejak Pangeran Kedawung mangkat dan digantikan oleh anaknya yaitu Tawang Alun pada tahun 1655 perebutan kekuasaan dalam istana sering terjadi. Pemberontakan Mas Wila kepada Tawang Alun, pemerintahan Pangeran Patih Sasranegara yang kisruh, pemerintahan Macan Pura yang singkat kemudian diangkat Pangeran Danureja, dan akhirnya masa pemerintahan Pangeran Danuningrat yang tragis. Semuanya menunjukkan hubungan yang pelik saling keterkaitan dan saling membutuhkan antara Blambangan dan Bali di satu pihak dan pengaruh Mataram serta Pasuruhan di pihak lain. Keadaan di Blambangan akhirnya diperkeruh oleh kehadiran Belanda yang didorong demi kepentingan pengamanan perdagangannya yang kemudian berlanjut pada keinginan menguasai sumber daya alam. Sumber daya alam tidak akan bisa dikuasai dengan bebas tanpa penguasaan di bidang politik. Maka Belandapun turun lebih dalam pada bidang kekuasaan. Belanda menganggap penting dan strategis untuk menaklukkan dan menguasai sendiri wilayah Blambangan setelah Inggris mendirikan kantor dagang di pantai timur Blambangan. Dimulai dengan menduduki Banyualit pada tahun 1767 kemudian menguasai Ulu Pangpang dan Lateng Rogojampi, maka mulailah peperangan yang paling mengerikan yang dilakukan VOC terhadap rakyat Blambangan pada waktu itu. Baik peperangan yang terjadi di Blambangan barat maupun peperangan yang terjadi di Blambangan timur. Namun rakyat Blambangan dengan gigih melakukan perlawanan yang luar biasa. Kondisi konflik yang berkepanjangan di Blambangan baik konflik intern keluarga istana maupun konflik akibat pendudukan dan penyerangan kekuasaan asing melahirkan pribadi-pribadi istimewa yang menempatkan diri pada posisi kunci dan memegang peranan penting dalam konflik tersebut. Maka perlu diketahui siapakah pribadi-pribadi istimewa itu dan bagaimanakah peran yang diambilnya. Khusunya bagaimanakah peranan tokoh wanita dalam percaturan sejarah Blambangan. Diantara tokoh-tokoh wanita Blambangan yang penting dikaji adalah tokoh pejuang perempuan yang bernama Sayu Wiwit. Dengan ketokohannya Sayu Wiwit tidak hanya mampu menggerakkan prajurit wanita akan tetapi ia juga memimpin dan menggerakkan prajurit laki-laki. Ia dengan gagah berani memimpin peperangan yang terjadi Blambangan barat yakni peperangan yang terjadi di Puger (Jember) dan di Sentong (dekat Bondowoso) yang terjadi pada tahun 1771 maupun peperangan yang terjadi di Blambangan timur yakni peperangan yang terjadi di Bayu pada tahun 1771-1772. Ia yang seorang perempuan dengan gagah berani dan dengan pengaruhnya yang luar biasa mampu memobilisir massa dan menggerakkan para bekel agung untuk bersama-sama berjuang melawan Belanda. Dan dengan ketokohannya pula ia memimpin peperangan dan menjadi pelindung serta penyemangat spiritual para prajurit serta menjadi penasehat peperangan. Dan akhirnya ia gugur membela tanah airnya di medan pertempuran.  Winarsih Partaningrat Arifin, Babad Blambangan, Bentang, Yogyakarta, 1995, hal. 1-2.  Tentang penyebab peperangan dan jalannya peperangan, baca Slametmuljana, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit, Inti Idayu Press, Jakarta, 1983, Perang Nambi hal. 152-154, Perang Sadeng hal.161-169, Perang Paregreg hal. 224-230.  Tentang perang dengan Mataram dan Bali baca De Graaf, Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, Grafitipers, Jakarta, 1989, hal. 237-245. Lekkerkerker, Balambangan, Indische Gids II hal. 1037-1039. B.r. Anderson, Sembah-Sumpah, Politik Bahasa dan Kebudyaan Jawa, Prisma 11 November 1982, hal. 7.  I Made Sujana menganalisa peristiwa ini dengan menimpakan pada sistem pemerintahan di Blambangan yang terpusat pada nagari (ibu kota) yang disebut dengan Nagari Tawon Madu. Kekuasaan Pangeran terhadap wilayah di luar keraton (Jawikuta) yang didelegasikan kepada patih, bekel agung dan patinggi menyebabkan lemahnya penguasaan Pangeran terhadap sumber daya manusia (prajurit, tenaga kerja dll) dan sumber daya alam (tanah pertanaian, perkebunan) yang berada di luar ibukota. Selain itu karena luasnya wilayah dan besarnya kekuasaan bekel agung dan patih menyebabkan juga lemahnya posisi politik Pangeran. Hal inilah yang menyebabkan mengapa di Blambangan sering terjadi pemberontakan terhadap nagari. Pengertian masa Kertayuga di Balambangan beda pengertiannya dengan masa Kertayuga di Mataram. Makna masa Kertayuga di Blambangan hanyalah memiliki pengertian masa-masa tiadanya pemberontakan terhadap istana, tapi di Mataram bermakna lebih luas yaitu masa stabilitas politik dan masa pembangunan dan kemakmuran negara. Lebih lanjut baca I Made Sujana, Nagari Tawon Madu, Larasan-Sejarah, Kuta-Bali, 2001. sumber:http://hasanbasri08.laros.or.id/sejarah/blambangan/

Selasa, 13 Maret 2012

Sejarah Kerajaan Pajajaran

Setelah Kerajaan Tarumanegara (abad 5-7 M) runtuh di Jawa Barat terdapat beberapa Kerajaan. Sumber-sumber sejarahnya diperoleh dari beberapa prasati. Seperti Batu Tulis dan Kebantenan (Bogor), Sanghyang Tapak (Sukabumi) dan berupa buku cerita Parahyangan.
Nama Pajajaran pernah disebut di dalam prasati yang ditemukan di desa Kebon Kopi, Bogor. Prasaati itu berangka tahun 854 M. prasasti ini ditulis dengan bahasa melayu kuno. Isinya tentang seorang Rakryan juru pengambat yang menuliskan Raja Pajajaran.
Sumber kesusasteraan yang lain menyebutkan bahwa Pajajaran sebagai suatu kerajaan di Jawa Barat. Kitab kesusasteraan itu adalah Kitab Carita Parahyangan (akhir abad ke 16). Kitab lain yang menyebutkan Kerajaan Pajajaran adalah Kitab Silisakanda ‘ng Karesian (1518). Berita Cina dari masa Dinasti Ming menyebut adanya Kerajaan Pajajaran.
Adapun raja-raja yang memerintah Kerajaan Pajajaran antara lain :
  • RAJA JAYABHUPATI
  • RAJA RAHYANG NISKALA WASTUKENCANA
  • RAJA RAHYANG DEWA NISKALA
  • RAJA SRI BADUGA MAHARAJA
  • PRABU NISKALA WASTUKENCANA
  • TOHAAN DIGALUH
  • RATU SAMIAN
  • PRABU RATU DEWATA
  • SANG RATU SAKSI
  • TOHAAN DIMAJAYA DAN NUSIYA MULYA

Selasa, 28 Februari 2012

Sejarah Kerajaan Tarumanegara







KERAJAAN TARUMANEGARA






Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.






A. RAJA-RAJA DI KERAJAAN TARUMANEGARA


Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.




Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.



Raja-raja Tarumanegara

1. Jayasingawarman 358-382

2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669



B. SUMBER-SUMBER SEJARAH

Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.


Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara lain:
Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme.
Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusaan dari To-lo-mo.

Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.

Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara.

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.



C. PRASASTI-PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA




1. Prasasti Ciaruteun
Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor.

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.

Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat




2. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.




3. Prasasti Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.


4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.


5. Prasasti Pasir awi
Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca.


6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.


7. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di Museum Nasional. Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.

Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.



D. KEHIDUPAN KERAJAAN TARUMANEGARA



KEHIDUPAN POLITIK


Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui bahwa raja yang pernah memerintah di tarumanegara hanyalah raja purnawarman. Raja purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan raja purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.


KEHIDUPAN SOSIAL


Kehidupan social kerajaan tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.


KEHIDUPAN EKONOMI


Prasasti tugu menyatakan bahwavraja purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di kerajaan tarumanegara denagn dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan tarumanegara sudah berjalan teratur.


KEHIDUPAN BUDAYA


Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran kerjaan tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan tarumanegara.

Minggu, 19 Februari 2012

Sejarah Kerajaan Singosari









peta wilayah kerajaan singosari




Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara vang didirikan oleh Ken Arok pada 1222. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa.









Ken Arok merebut daerah Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada mulanya adalah anak buah Tunggul Ametung, namun ia membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Ken Arok kemudian mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes telah mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian menjadi raja Singasari (1227-1248). Raja terakhir Kerajaan Singasari adalah Kertanegara.Ken Arok








Ketika di pusat Kerajaan Kediri terjadi pertentangan antara raja dan kaum Brahmana, semua pendeta melarikan diri ke Tumapel dan dilindungi oleh Ken Arok. Pada 1222, para pendeta Hindu kemudian menobatkan Ken Arok sebagai raja di Tumapel dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Adapun nama kerajaannya ialah Kerajaan Singasari. Berita pembentukan Kerajaan Singasari dan penobatan Ken Arok menimbulkan kemarahan raj` Kediri, Kertajaya. la kemudian memimpin sendiri pasukan besar untuk menyerang Kerajaan Singasari. Kedua pasukan bertempur di Desa Ganter pada 1222. Ken Arok berhasil memenangkan pertempuran dan sejak itu wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri dikuasai oleh Singasari.



Kertanegara


Ken Arok memerintah Kerajaan Singasari hanya lima tahun. Pada 1227 ia dibunuh oleh Anusapati, anak tirinya (hasil perkawinan Tunggul Ametung dan Ken Dedes). Sepuluh tahun kemudian Anusapati dibunuh oleh saudara tirinya, Tohjaya (putra Ken Arok dengan Ken Umang).


Kematian Anusapati menimbulkan kemarahan Ranggawuni, putra Anusapati. Ranggawuni langsung menyerang Tohjaya. Pasukan Tohjaya kalah dalam pertempuran dan meninggal dunia dalam pelarian. Pada 1248 Ranggawuni menjadi raja Singasari bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Ranggawuni memerintah Kerajaan Singasari selama 20 tahun (1248-1268) dan dibantu oleh Mahisa Cempaka (Narasingamurti). Ranggawuni wafat pada 1268 dan digantikan oleh putranya, Kertanegara. la memerintah Kerajaan Singasari selama 24 tahun (1268-1292).


Ekspedisi Pamalayu


Kertanegara terus memperluas pengaruh dan kekuasaan Kerajaan Singasari. Pada 1275 ia mengirim pasukan untuk menaklukkan Kerajaan Sriwijaya sekaligus menjalin persekutuan dengan Kerajaan Campa (Kamboja). Ekspedisi pengiriman pasukan itu dikenal dengan nama Pamalayu. Kertanegara berhasil memperluas pengaruhnya di Campa melalui perkawinan antara raja Campa dan adik perempuannya. Kerajaan Singasari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura (Kalimantan Barat), Sunda (Jawa Barat), Madura, Bali, dan Gurun (Maluku).


Serangan Pasukan Mongol


Pasukan Pamalayu dipersiapkan Kertanegara untuk menghadapi serangan kaisar Mongol, Kubilai Khan, yang berkuasa di Cina. Utusan Kubilai Khan beberapa kali datang ke Singasari untuk meminta Kertanegara tunduk di bawah Kubilai Khan. Apabila menolak maka Singasari akan diserang. Permintaan ini menimbulkan kemarahan Kertanegara dengan melukai utusan khusus Kubilai Khan, Meng Ki, pada 1289. Kertanegara menyadari tindakannya ini akan dibalas oleh pasukan Mongol. la kemudian memperkuat pasukannya di Sumatera. Pada 1293 pasukan Mongol menyerang Kerajaan Singasari. Namun Kertanegara telah dibunuh oleh raja Kediri, Jayakatwang, setahun sebelumnya. Singasari kemudian dikuasai oleh Jayakatwang.









Atas: Arca Dwarapala merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Singasari.


<< Kiri atas: Candi Singasari disebut juga Candi Tumapel berupa kuil Syiwa yang besar dan tinggi.


TAHUKAH KAMU


Pasukan Mongol menghancurkan Kerajaan Kediri dan membunuh Jayakatwang karena menyangka Kerajaan Kediri sebagai Kerajaan Singasari dan Jayakatwang sebagai Kertanegara.


<< Kiri bawah: Candi Jago terletak di Malang, Jawa Timur, merupakan peninggalan Kerajaan Singasari yang dibangun untuk Raja Wisnuwardhana, raja Singasari, pada pertengahan abad ke-13. Dalam Negarakertagama, candi ini merupakan salah satu tempat yang dikunjungi Hayam Wuruk pada 1359.





Atas :Candi Kidal dibangun di Rejokidal, Tumpang, Malang, yang dipersembahkan kepada Anusapati, raja kedua dan anak tiri Ken Arok.





Sejarah Kerajaan Majapahit



Kerajaan Majapahit adalah nama sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389) yang didampingi oleh Patih Gadjah Mada (1331-1364), Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasannya.
Candi Panataran merupakan candi terbesar dan paling penting bagi umat Hindu di Jawa Timur yang dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit.Setelah Raja Kertanegara gugur dalam peristiwa penyerangan Raja Jayakatwang (Raja Kediri), berakhirlah riwayat Kerajaan Singasari. Raja Kertanegara beserta petinggi kerajaan lainnya tewas dalam penyerangan tersebut. Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) segera melarikan diri ke Sumenep, Madura, dan mendapat perlindungan dari Arya Wiraraja, penguasa Sumenep. Raja Jayakatwang sangat menghormati Arya Wiraraja sehingga Raden Wijaya diampuni. Setelah mendapat pengampunan dari Raja Jayakatwang, Raden Wijaya beserta pengikutnya diizinkan untuk membabat hutan Tarik (sekarang menjadi Desa Trowulan, Jawa Timur) untuk dijadikan desa. Disinilah kemudian berdiri pusat Kerajaan Majapahit.Kertarajasa Jayawardhana
Candi Tikus, tempat pemandian kerabat raja Majapahit.Pada 1293 pasukan Kubilai Khan dari Cina datang dengan tujuan untuk menghancurkan Kerajaan Singasari. Mereka tidak mengetahui bahwa Singasari telah hancur. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijava untuk membalas dendam kepada Raja Jayakatwang.



Para Penguasa Majapahit

Raden Wijaya : (1309)
Jayanegara : (1309-1328)
Tribhuwanatunggaldewi : (1328-1350)
Hayam Wuruk : (1350-1389)
Wikramawardhana : (1389-1429)
Suhita : (1429-1447)
Kertawijaya : (1447-1451)
Rajasawardhana : (1451-1453)
Bhre Wengker : (1456-1466)
Singhawikramawardhana : (1466-1468)
Kertabhumi : (1468-1478)
Ranawijaya/Girindrawardhana : (1478-?)
Pasukan Raden Wijaya bekerjasama dengan Kubilai Khan yang berjumlah sekitar 20.000 orang. Dalam waktu singkat, Kerajaan Kediri hancur dan Raja Jayakatwang terbunuh. Pasukan Kubilai Khan kembali ke pelabuhan, namun di tengah perjalanan pasukan Raden Wijaya dengan bantuan pasukan Singasari dari Sumatera menyerang pasukan tersebut. Pasukan Kubilai Khan segera pergi dari tanah Jawa dan Raden Wijaya menjadi raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.Wilayah Kekuasaan

Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Jawa (kecuali tanah Sunda), sebagian besar P. Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur hingga Irian Jaya. Perluasan wilayah ini dicapai berkat politik ekspansi yang dilakukan oleh Patih Mangkubumi Gadjah Mada. Pada masa inilah Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.
Keruntuhan Majapahit
Sepeninggal Raden Wijaya, Kerajaan Majapahit dilanda beberapa pemberontakan. Pemberontakan tersebut antara lain ialah pemberontakan Ranggalawe, Sora, dan Kuti selama masa pemerintahan Jayanegara (1309-1328), serta pemberontakan Sadeng dan Keta pada masa Tribhuwanatunggadewi (1328-1350). Pemberontakan baru dapat berakhir pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Setelah masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk, pamor Kerajaan Majapahit semakin menurun. Pada 1522, Kerajaan Majapahit hancur akibat terjadinya perang saudara. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi runtuhnya Kerajaan Majapahit ialah munculnya Kerajaan Malaka dan berkembangnya kebudayaan Islam.
Candi Bajangratu, salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit.
 Atas:Candi Bajangratu, salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit.
TAHUKAH KAMU
Pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk, kewibawaan Kerajaan Majapahit baik ke dalam maupun keluar kerajaan sangat kuat. Banyak orang asing seperti Cina, Siam, dan India berdatangan. Pada masa itu rakyatnya sejahtera.
<< Kiri atas: Candi Panataran merupakan candi terbesar dan paling penting bagi umat Hindu di Jawa Timur yang dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit.
Relief di Candi Panataran ini menceritakan seseorang yang dieksekusi dengan menggunakan keris.
 Atas :Relief di Candi Panataran ini menceritakan seseorang yang dieksekusi dengan menggunakan keris.
<< Kiri bawah: Candi Tikus, tempat pemandian kerabat raja Majapahit.
TAHUKAH KAMU
Nama Majapahit diduga berasal dari nama pohon Maja karena pada masa itu hutan Tarik banyak ditumbuhi pohon Maja. Dugaan ini berdasarkan Kitab Pararaton, Kidung Panji Wijayakrama, dan Kidung Harsa Wijayayang menceritakan berdirinya Kerajaan Majapahit.

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8) adalah kerajaan Hindu di Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasassti yang ditemukan, Kerajaan Mataram Kuno bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Ia memerintah 


Kerajaan Mataram Kuno hingga 732M.
Komplek Candi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan peninggalan candi Hindu pada masa Kerajaan Mataram Kuno.








Atas :
 Komplek Candi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan peninggalan candi Hindu pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha.
Peninggalan bangunan suci dari keduanya antara lain ialah Candi Geding Songo, kompleks Candi Dieng, dan kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.


Kerajaan Mataram di Jawa Tengah
Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah terdiri dari dua wangsa(keluarga), yaitu wangsa Sanjaya dan Sailendraa. Pendiri wangsa Sanjaya adalah Raja Sanjaya. Ia menggantikan raja sebelumnya, yakni Raja Sanna. Konon, Raja Sanjaya telah menyelamatkan Kerajaan Mataram Kuno dari kehancuran setelah Raja Sanna wafat.
Setelah Raha Sanjaya wafat, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dipegang oleh Dapunta Sailendra, pendiri wangsa Sailendra. Para raja keturunan wangsaSanjaya seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, dan Sri Maharaja Rakai Garung merupakan raja bawahan dari wangsa Sailendra. Oleh Karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh keturunan Raja Sanjaya, Samaratungga (raja wangsaSailendra) menyerahkan anak perempuannya, Pramodawarddhani, untuk dikawinkan dengan anak Rakai Patapan, yaitu Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya).
Rakai Pikatan kemudian menduduki takhta Kerajaan Mataram Kuno. Melihat keadaan ini, adik Pramodawarddhani, yaitu Balaputeradewa, mengadakan perlawanan namun kalah dalam peperangan. Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke P. SUmatra dan menjadi raja Sriwijaya.
Pada masa Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu berkuasa, terjadi perebutan kekuasaan di antara para pangeran Kerajaan Mataram Kuno. Ketika Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa berkuasa, kerajaan ini berakhir dengan tiba-tiba. Diduga kehancuran kerajaan ini akibat bencana alam karena letusan G. Merapi, Magelang, Jawa Tengah.


Kerajaan Mataram di Jawa Timur
Setelah terjadinya bencana alam yang dianggap sebagai peristiwa pralaya, maka sesuai dengan landasan kosmologis harus dibangun kerajaan baru dengan wangsa yang baru pula. Pada abad ke-10, cucu Sri Maharaja Daksa, Mpu Sindok, membangun kembali kerajaan ini di Watugaluh (wilayah antara G. Semeru dan G. Wilis), Jawa Timur. Mpu Sindok naik takhta kerajaan pada 929 dan berkuasa hingga 948. Kerajaan yang didirikan Mpu SIndok ini tetap bernama Mataram. Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsabaru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluass hingga ke Jawa Timur. Setelah masa pemerintahan Mpu Sindok terdapat masa gelap sampai masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga (1020). Sampai pada masa ini Kerajaan Mataram Kuno masih menjadi saatu kerajaan yang utuh. Akan tetapi, untuk menghindari perang saudara, Airlangga membagi kerajaan menjadi dua, yaitu Kerajaan Pangjalu dan Janggala.
Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah, salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berlatar agama Buddha. 
Atas:Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah, salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berlatar agama Buddha.
Arca Raja Airlangga, raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, di Candi Belahan. Arca ini kini disimpan di Museum Trowulan.
Atas :Arca Raja Airlangga, raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, di Candi Belahan. Arca ini kini disimpan di Museum Trowulan.


TAHUKAH KAMU
Bencana alam karena letusan G. Merapi yang mengakibatkan berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno dianggap sebagai paralaya atau kehancuran dunia.
Candi Gedong Songo di Ungaran, Jawa Tengah, merupakan candi peninggalan Kerjaan Mataram Kuno.
Atas :Candi Gedong Songo di Ungaran, Jawa Tengah, merupakan candi peninggalan Kerjaan Mataram Kuno.